Sumber gambar: http://www.jsums.edu |
Teknologi
pada dasarnya adalah suatu alat untuk memudahkan pekerjaan manusia.
Telepon dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia ketika
berkomunikasi. Kendaraan bermotor dibuat untuk memudahkan pekerjaan
manusia ketika melakukan perjalanan. Tidak seperti ilmu pengetahuan
yang terkadang murni dikembangkan karna rasa ingin tahu, teknologi di
sisi lain, dikembangkan karna ada tujuan praktisnya.
Teknologi
yang paling berkembang pesat saat ini adalah teknologi informasi, ya
teknologi yang bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menyampaikan
informasi. Untuk membuktikan perkembangan pesat ini, saya cukup
memberi contoh salah satu produk yang menjadi bagian dari teknologi
informasi, komputer. Saat ini, komputer berada di mana-mana,
penggunanya pun bukan hanya dari orang-orang dari kalangan menengah
ke atas, hampir (kalau tidak semua) kalangan menggunakan komputer.
Tentu, komputer yang saya maksud di sini bukan hanya sekadar desktop
maupun laptop, namun juga komputer yang dapat dengan mudah
digenggam banyak orang, smartphone, yang mungkin Anda gunakan
untuk membaca tulisan ini.
Smartphone
sudah merebak kemana-mana
sejalan dengan kekuatan pasar. Penggunaannya yang relatif mudah dan
harga yang cukup terjangkau membuat semua kalangan dapat memilikinya.
Silahkan Anda tanya orang di
sekitar Anda, apakah dia memiliki smartphone,
saya yakin jawabannya ya. Aplikasi
berkirim pesan secara online
bernama WhatsApp menjadi standar berkirim pesan secara de
facto. Jika sudah dijadikan
standar, maka ini berarti semua orang harus memiliki smartphone
dan memang sudah
diasumsikan semua orang memilikinya.
Logika
sederhananya, kalau semua orang memiliki teknologi informasi di
genggamannya, maka informasi akan dengan mudah mengalir dengan cepat.
Dengan mudahnya informasi, orang dapat dengan mudah mengatur jadwal
sehari-hari, merencanakan apa yang akan dilakukannya untuk beberapa
hari ke depan, membuat segalanya menjadi lebih tersusun. Ya, itu yang
seharusnya terjadi.
Namun
sayangnya, logika sederhana seperti itu tidak bekerja di dunia yang
begitu kompleks ini. Justru
dengan semakin mudahnya mendapatkan informasi, jadwal sehari-hari
semakin tidak teratur dan rencana semakin tidak karuan.
Dalam
berkirim pesan misalnya, sebelum ditemukannya internet, orang berbagi
informasi dengan menggunakan surat. Ini berarti ada beberapa langkah
yang harus dilakukan, menulis surat, memasukkannya ke dalam amplop,
menulis alamat, membeli perangko, pergi ke kantor pos terdekat, dan
jika beruntung akan mendapat balasan
dalam
beberapa hari ke depan. Karena kesulitan itu, orang akan dengan
hati-hati dalam menulis suratnya, memikirkan dalam-dalam apa yang
akan mereka tulis, mereka hanya akan mengirim surat jika memang itu
benar-benar penting, dan yang dikirimnya pun tidak merasa mempunyai
tanggung jawab untuk membalasnya segera.
Sekarang,
Anda tinggal menakan tombol Enter untuk berkirim pesan dan mendapat
balasan seketika. Akibatnya, orang mengirim pesan berdasarkan apa
yang mereka inginkan dan seringkali tidak perlu dilakukan, bukan
karena mereka memang benar-benar ingin berbagi informasi. Orang
yang dikirimi pesan pun seolah-olah memiliki tanggung jawab untuk
segera membalas pesannya. Konsekuensinya, waktu jadi terbuang untuk
berkirim pesan (yang seringkali tidak berfaedah). Pastinya Anda
mengenal banyak orang yang setiap hari menghabiskan waktu berjam-jam
membuka
aplikasi berkirim pesan, mungkin termasuk Anda sendiri.
Kemudahan
berkirim pesan juga membuat jadwal semakin tidak tersusun. Di kampus
saya misalnya, ada aturan tidak tertulis bahwa setiap mahasiswa
diharuskan mengecek aplikasi WhatsApp. Perubahan-perubahan
jadwal dan informasi-informasi terkait perkuliahan baik itu
pengumuman maupun tugas lebih sering datang dari pesan WhatsApp
dibandingkan dunia nyata. Tidak
salah kalau saya menyebutnya Universitas WhatsApp.
Jadwal
yang semakin tidak tersusun itu disebabkan karena kemudahan
berkomunikasi, ironis memang, tetapi begitulah. Kemudahan mengirim
pesan membuat dosen semakin mudah untuk membatalkan jadwal ataupun
mengotak-atik jadwal yang sudah dibuat. Andai
saja, teknologi informasi tidak secanggih sekarang,
dosen mungkin akan lebih
memiliki rasa tanggung jawab untuk menghargai jadwal. Untuk
sekarang, Anda jangan pernah melepaskan smartphone Anda,
kalau Anda tidak ingin datang ke kelas dan tidak ada siapa-siapa di
sana, karena Anda
tidak akan tahu
kalau dosen membatalkan jadwalnya.
Itulah
penerapan teknologi informasi di kampus saya. Kenapa teknologi malah
semakin menyusahkan kita? Mari kita sama-sama perbaiki cara kita
memanfaakan teknologi.
Penulis: Tri Asep Tumbara
Penulis: Tri Asep Tumbara
0 Komentar