Masih Relevan kah, Mahasiswa di Era Milenial disebut sebagai Agen Perubahan, Sosial Kontrol dan Pergantian?




www.lpmsinergis.com - Pembaca, apa yang terlintas dalam pikiran dari sebuah kata Mahasiswa, banyak sekali interpretasi yang dapat muncul dari sebuah kata tersebut. Mahasiswa yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berartikan orang yang belajar disuatu perguruan tinggi. Tentu berbeda halnya dengan siswa yang belajar hanya sampai dengan tataran tingkat dasar dan menengah.

Berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa, mahasiswa itu adalah bentuk evolusi dari seorang siswa, yang melanjutkan pendidikan ketataran yang lebih tinggi lagi. Sedangkan dari segi keilmuan pun berbeda, dengan yang dipelajarinya di sekolah menengah secara general (umum), hingga ia masuk ke perguruan tinggi mengkerucut bagai sebuah piramida. Hal itu semua bermuara untuk menciptakan generasi sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada perkembangan zaman.

Hal unik, yang dapat digali dari seorang mahasiswa adalah tingkat daya pikirnya yang berbeda dengan siswa. Dimana mahasiswa dikenal sebagai Agent of Change (agen perubahan), Social Control (sosial kontrol) dan Agent of Iron Stock (pergantian).

Dari ketiga hal unik tersebut, sangat relevan (cocok) dan tentunya masih segar dalam ingatan kita, tentang para mahasiswa Pra-Reformasi hal itu dapat diketahui dengan dari berbagai sumber seperti word of mouth, buku-buku sejarah, film dokumenter tentang ke-gagah beraniannya mahasiswa melawan sebuah rezim dengan kediktatorannya (Orde Baru). Dapat terlihat jelas juga, bagaimana mahasiswa pada zaman tersebut menyuarakan aspirasinya, sebagai contoh kasus Tri Sakti.

Pasca Reformasi sendiri, peranan mahasiswa dalam sosial kontrol, sangat berkurang. Ada yang berani menyuarakan aspirasinya, tapi bisa dihitung dan itu hanya segelintir orang saja. Dimana Aktifitas mahasiswa saat ini  hanya datang, duduk ke kampus kuliah dan pulang. Beres jam perkuliahan pun dipakai berkumpul melingkar dan memainkan gadget yang ditangannya, sambil tertawa sampai lupa nasib bangsa ini.

 Dan itulah realitas yang terjadi saat ini, detik ini. Itu bisa dibuktikan, dengan anda (pembaca) datang ke tiap kampus. “Dengan hasil, apa yang dikatakan disini terbukti!”.

Kampus bak kuburan yang terasa sunyi-senyap, tidak ada aksi koar-koar mahasiswa. Tidak ada lagi suara lantang yang bergumam dari mulut seorang mahasiswa. Itu semua terjadi karena mahasiswa dibungkam dengan suatu kenikmatan yang digenggamnya.

Pada akhirnya mahasiswa, tak jauh berbeda dengan orang yang diluaran sana, yang tidak mengeyam pendidikan. Mahasiswa saat ini hanya bisa menerima kenyataan, dengan menelan mentah-mentah kondisi yang ada disekitarnya.

Jika disandingkan mahasiswa Pra-Reformasi dengan mahasiswa di Era Milenial ini, sungguh sangat jauh berbeda, memang seperti itu kenyataanya. Gelar Mahasiswa sebagai agen perubahan, agen sosial kontrol dan pergantian, tidak layak disandang oleh mahasiswa saat ini.

Banyak kebobrokan yang terjadi dari sistem negara ini. Kesenjangan sosial, kesetimpangan ekonomi dimana-mana, kasus-kasus HAM belum juga terselesaikan. Tapi kemana perginya para Mahasiswa?. Oh Mahasiswa, engkau dicari dan dirindukan oleh rakyat. Negeri ini sejatinya menangis kehilangan sosok pembela Rakyat (penyambung lidah rakyat).

Bangunlah wahai para mahasiswa, dipersimpangan jalan sana banyak rakyat yang sedang kebingungan. Buktikan kepada pendahulumu, bahwa sebutan itu masih pantas dan melekat di dadamu sebagai seorang mahasiswa.

Penulis : Muhammad Jahidin (LPM Sinergis)

Posting Komentar

0 Komentar