Jerih Payah Seorang Pekerja

Wawancara dengan Hendi (kiri), salah satu pekerja pembangunan taman di Uniku.
www.lpmsinergis.com - Kampus Uniku (Universitas Kuningan) sedang gencar-gencarnya mengaplikasikan program green campus, dengan fokus membangun beberapa fasilitas ruang terbuka hijau. Meskipun demikian, jumlah taman di Universitas Kuningan, masih terbilang sedikit dan dapat dihitung oleh jari. Berbanding terbalik dengan jumlah mahasiswa yang setiap tahun semakin bertambah.

Salah satu indeks kebahagian mahasiswa selain ruang kelas yang nyaman, untuk mendorong semangat belajar, yaitu literasi yang lengkap di perpustakaan, juga tambahan ruang terbuka hijau untuk mahasiswa relaksasi diri sehabis perkuliahan.

Fungsi dan tujuan dibangunnya taman itu sendiri yaitu sebagai media berkumpul, berdiskusi, mengerjakan tugas dan refreshing. Namun, apakah mahasiswa mengetahui, bagaimana proses berdirinya sebuah taman hingga bisa digunakan leluasa oleh para mahasiswa? Dibalik kesenangan yang kita nikmati, pasti ada kerja keras dari seseorang, yang kita anggap sebelah mata.

LPM Sinergis mencoba berbaur dengan para pekerja yang sedang menyelesaikan proses pembangunan taman untuk nantinya digunakan secara utuh oleh mahasiswa. Kami berbicara dengan pekerja serabutan bernama Hendi asal Desa Geresik, Ciawigebang.

Dia mengatakan proses pengerjaan taman sudah hampir dua bulan lamanya, sejak pemasangan batu sampai ke pemasangan conblock. Untuk menyelesaikan pekerjaanya, dia pulang pergi dari rumahnya di Ciawigebang.
 
Rata-rata waktu kerja yang dia dan teman-temanna habiskan kurang lebih 9 jam, dari jam 7.30 sampai 16.00. Waktu istirahat yang biasanya pukul 10.00, karena bulan Ramadhan, maka istirahat hanya digunakan untuk waktu ibadah saja, kira-kira pukul 12.00. Mulai kembali bekerja pada jam 13.00.

Sistem pembayaran atau upah yang diberi dari lembaga kepada para pekerja, diberikan dalam jangka waktu satu minggu sekali, pada hari Kamis. Pekerja dibayar Rp85.000 per harinya. Bisa Anda kalkulasikan sendiri, pendapatan dari tukang ini dalam waktu seminggu hanya mampu menghasilkan Rp595.000.

Dengan upah Rp85.000 per hari, ia menghidupi keluarganya dengan hasil jerih payahnya. Hendi mempunyai tiga orang anak, dan dua orang yang masih harus dia biayai kebutuhan hidupnya. Anak pertama berusia 19 tahun dan sudah bekerja di sebuah perusahaan periklanan di Jakarta. Sedangkan untuk anak kedua, masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah dan anak ketiga di kelas 3 sekolah dasar. Masih membutuhkan waktu yang panjang, bagi anak-anak ini untuk berdikari memenuhi kehidupannya sendiri. Dia mengatakan dengan upah yang diberikan itu, dia cukup-cukupkan. Baginya, lebih baik bekerja dengan seadanya daripada tidak bekerja dan tidak mendapat pemasukan sama sekali.

Filosofi yang dibangun antar pekerja yakni saling membantu untuk menyelesaikan sebuah area. Saling mengisi satu sama lain. Itulah prinsip gotong royong, bekerja saling bantu-membantu.

Untuk membangun sebuah gazebo misalnya, butuh waktu lama dan banyak tenaga. Dimulai dari menanamkan pondasi, sampai pada tahap akhir mengecat dinding-dinding. Itu semua membutuhkan kerjasama antar pekerja, artinya jangan sampai mis komunikasi terjadi.

Mahasiswa hanya tahu dan tinggal menikmati hasil kerja keras dari seorang tukang dalam membangun sarana umum. Tanpa mengetahui jerih payah untuk meproduksi itu semua. Tugas kita bersama adalah menjaga dan memelihara fasilitas yang sudah ada, dengan mentaati segala peraturan yang berlaku di kampus Uniku. Jadikan sarana dan fasilitas yang ada sebagai media berekspresi. Jangan sampai citra Uniku sebagai green campus ternodai oleh tindakan civitas akademik yang membuang sampah sembarangan, seperti yang terjadi di Gazebo samping Student Center Iman Hidayat, sehabis digunakan sampah makanan ringan berserakan. 

Artinya jangan menunggu, pihak kebersihan untuk membersihkannya, tetapi kesadaran dari kitalah yang harus dikedepankan.


Penulis: Muhammad Jahidin
Editor: Tri Asep

Posting Komentar

0 Komentar