Kredit gambar : pxhere |
Perempuan adalah sosok yang sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup
lelaki, tanpa sosok perempuan tidak ada lagi penerus didalam sebuah kehidupan.
Berbicara perempuan, pasti akan berfikir bahwa kerjanya hanya di kawasan dapur,
lalu hanya mengurus anak di rumah pada saat sang suami bekerja, dilarang pulang
malam-malam dan masih banyak lagi. Padahal perempuan adalah sosok yang sangat
tangguh, sosok yang bila diklarifikasikan bisa (harus bisa) sama rata dengan
kaum lelaki.
Kita bisa lihat contoh perempuan yang tangguh di Indonesia ada
R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya Dien. Di luar negeri ada Simone de Beauvoir,
Ratu Elizabeth, Theressa May. Tetapi, itu dulu. Apa yang saya rasakan sekarang
ini, bila melihat kenyataannya perempuan sekarang ini malah berbanding terbalik
dengan zaman dahulu yang mana sosok perempuan menggaungkan akan kesetaraan
dengan kaum lelaki, sekarang perempuan malah menjadi bahan pengobyekan para
kaum lelaki dan inilah keresahan saya bahwa patriakis masih ada dan belum
hilang.
Beberapa kaum perempuan ditempat saya mengemban pendidikan saat ini, dan dilihat dari
perspektif, mereka tidak pernah memikirkan akan cita-cita yang tinggi, semacam
menjadi menteri atau apapun. Mereka malah memikirkan akan kebutuhan make up. Memang tidak bisa dipungkiri
penampilan harus diutamakan tetapi bila kehidupan perempuan hanya memikirkan
itu saja yang ada kaum perempuan akan dibawah lelaki. Saya masih ingat apa yang
dikatakan Soe Hok Gie didalam buku Catatan Seorang Demonstran perihal perempuan,
kurang lebih begini “perempuan bila yang diutamakan hanya perawatan dan
kecantikan mereka pada akhirnya akan ditendang ke dapur.” Sangat ironi bila perempuan dari dahulu hingga
sekarang hanya didapur terus.
Perempuan seharusnya memiliki cita-cita dimana mereka bisa hidup ‘bebas’
dan setara dengan kaum lelaki, bebas disini diartikan bahwa perempuan harus
memiliki jalan hidupnya sendiri tanpa ada intervensi dari pihak luar agar apa
yang di inginkan bisa tercapai. Kaum perempuan haruslah menjadi ‘perkasa’ agar
para kaum lelaki tidak meremehkan perempuan dengan begitu sifat patriakis yang
melekat sekarang ini harus dan diharuskan hilang dari permukaan.
Dari sudut pandang kaum lelaki, dengan
mudahnya menjadikan seorang perempuan sebagai
bahan suatu
pengobyekan, karena tindakan seperti itulah menurut saya bahwa citra kaum
lelaki menjadi tidak berwibawa. Banyak diantara para lelaki yang berbuat
tindakan seksisme tetapi mengelak tindakannya dengan dalih hanya bercanda,
padahal jelas bahwa tindakan semacam berbicara tentang kehormatan perempuan
adalah hal yang sangat tidak sopan dan kurang ajar.
Kesimpulannya adalah bahwa kaum perempuan harus juga memiliki jiwa kesetaraan gender (menyetarakan posisi mereka) dalam hal-hal apapun, perempuan sekarang ini
janganlah menjadi seorang fatalis karena bagi saya sangat rugi dan merugikan.
Untuk kaum lelaki seharusnya menjaga moralitas masing-masing itu penting jangan
berdalih karena pakaian seorang wanita itu menggiurkan maka dengan enaknya
berbuat tindakan asusila, Tetapi meredam nafsu dan menjaga moralitas itu lebih
penting dan menjadikan lelaki menjadi berwibawa.
Penulis : Muhamad Arfan
N.
Editor : Muhammad Jahidin
Editor : Muhammad Jahidin
0 Komentar