Pacaran, Ta’aruf atau Langsung Menikah?


Kredit gambar: MeraMuda
www.lpmsinergis.com - Sebenarnya pacaran itu apa sih? Kenapa hal tersebut sering dikaitkan dengan kaum remaja bahkan dewasa? Well guys, menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Kalian bisa baca secara lengkap di link berikut: https://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran 

Menurut saya pribadi, pacaran merupakan metode pengenalan lebih dalam antar individu baik itu mengenal tentang keseharian pasangan bahkan lebih, seperti tahap pengenalan keluarga masing-masing. Jadi pada tahap ini, sepasang kekasih dapat saling memahi satu sama lain. Memutuskan untuk berpacaran berarti memutuskan untuk membuat komitmen pada pasangan. 

Bagaimana dengan ta’aruf? Apakah ta’aruf dapat disamakan dengan pacaran? Secara umum ta’aruf adalah kegiatan berkunjung ke rumah seseorang untuk berkenalan dengan penghuninya. Ta’aruf dapat menjadi langkah awal untuk mengenalkan dua keluarga yang akan menjodohkan salah satu anggota keluarga. Ta’aruf dapat pula dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke pernikahan. Untuk lebih lengkapnya kalian dapat membacanya di sini: https://id.wikipedia.org/wiki/Taaruf 



Menurut saya pribadi, ta’aruf itu memiliki kesamaan dengan pacaran, hanya saja ta’aruf lebih terlihat serius. Ketika seorang pria memutuskan untuk berta’aruf dengan seorang wanita, artinya dia sudah yakin bahwa wanita yang ia ajak berta’aruf adalah calon isterinya begitupun sebaliknya. Metodenya menurut saya sama saja dengan pacaran, seperti tahap pengenalan antar individu hingga ketahap pengenalan keluarga masing-masing pasangan. Hanya saja, ta’aruf itu menghindari kontak langsung seperti berpegangan tangan, dan sebagainya.

Lalu apa kabar dengan menikah? Menurut KBBI, menikah adalah ikatan perkawinan yang dilakukan dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Jadi, nikah itu bisa juga sebagai kelanjutan dari ta’aruf atau pacaran. Ketika sepasang kekasih sudah merasa saling cocok dan saling mengetahui satu sama lain serta sudah menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing mereka bertekad untuk membuat komitmen yang lebih tinggi, yaitu menikah.

Apakah ketiga kategori itu perlu untuk kaum remaja dan dewasa? Well guys, itu semua balik lagi ke diri kalian masing – masing. Ada yang merasa nyaman dengan memilih untuk berpacaran karena dirasa pacaran adalah yang paling mudah untuk dilakukan tapi pada kenyataannya tidak juga. Bahkan ada yang sampai saat ini masih sendiri atau istilah kerennya jomblo seperti kalian yang membaca tulisan saya ini, benar? Atau bahkan saya sendiri? Sudahlah, itu tidak penting. Atau bahkan ada yang lebih memilih untuk berta’aruf karena dirasa lebih aman. Bahkan ada yang lebih memilih untuk langsung menikah, karena dirasa sudah mampu dan sudah siap lahir dan batin. Semuanya kembali ke diri kalian masing-masing. Apa sih yang sebenarnya kalian inginkan dan apa alasannya?



Akan tetapi, sebenarnya ada satu kategori lagi yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbanngan bagi kalian semua, termasuk penulis. Hal itu adalah komitmen. Hubungan yang tidak memiliki kejelasan yang begitu nyata tetapi kedua pasangan mengakui hanya untuk diri mereka sendiri. Istilahnya seperti, “Kamu tahu kalau saya memiliki rasa ke kamu, dan saya tau kamu pun begitu.” Saya sendiri lebih memilih hal seperti ini karena menurut saya pacaran hanyalah status, istilah, dan title like you’re my boyfriend and I’m you’re girlfriend, that’s it not more. Saya tetap menghargai siapun yang memilih untuk berpacaran, karena tiap individu itu pada dasarnya berbeda dan unique.

Saya sendiri juga mengagumi seseorang yang berani memutuskan untuk berta’aruf atau bahkan langsung menikah. Tidak hanya mengurangi dosa mereka memiliki keberanian untuk membuat komitmen dengan seseorang yang belum lama mereka kenal. 

So, guys kalian termasuk yang mana?



Penulis: Ayu Margareta
Editor: Tri Asep Tumbara

Posting Komentar

0 Komentar