Ilustrasi Gambar oleh Abz |
Menjadi seorang manusia hakikatnya adalah sebuah anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan. Manusia mengatakan bahwa perilaku mereka berbeda dengan hewan atau makhluk yang lainnya, karena manusia dibekali akal (sebagai landasan berpikir) dan nafsu (sebagai motor penggeraknya), membuat manusia menjadi makhluk yang sempurna. Tapi, dalam realitasnya, perilaku manusia dengan segala keunggulan tersebut, hampir mirip dengan mereka dan bisa menjadikan manusia memiliki kualifikasi yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari makhluk-makhluk lainnya.
Suatu hal unik yang ingin penulis sampaikan tentang manusia, dengan sifat atau tingkah laku yang diperbuatnya. Lagu yang berjudul Bingung yang disenandungkan oleh Iksan Sekuter, juga menyindir tentang kebingungan menjadi manusia. Menjadi manusia itu harus seperti apa dan bagaimana? Terkadang, manusia itu saling mendiskreditkan sesama golongannya. Ketika seorang manusia, berbeda pendapat atau pandangan tentang suatu hal, dari kebanyakan mayoritas. Ia dianggap aneh, menyimpang dan dengan tuduhan-tuduhan lain, yang dilontarkan sesama kaumnya.
kiri
dikirakomunis
kanan
dicap kapitalis
keras
dikatai fasis
tengah
dinilai tak ideologis
Memilih
menjadi bagian dari kelompok kiri, dianggap sebagai seorang komunis.
Padahal penyematan istilah “kiri” merupakan nama ilmiah yang
dalam terminologi politik mengacu pada kritisisme. Istilah ini juga
ada dalam terminologi ilmu kemanusiaan, sehingga posisi kiri ini
berada dalam pihak orang-orang yang dikuasai, yang tertindas dan kaum
miskin.
Apabila memilih berhaluan kanan, ia dicap sebagai seorang kapitalis. Manusia pemodal yang memiliki alat-alat produksi dengan menghisap tenaga buruh untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Padahal, ia mencapai titik kesuksesannya dikarenakan hasil jerih payahnya.
Seorang juga sering dilabeli dengan fasis, karena tindak-tanduknya, watak kepemimpinannya yang keras dengan prinsip-prinsip pada hidupnya. Manusia berdiri diatas dua sisi, dinilai tak memiliki pendirian (ideologis). Ia berada ditengah-tengah, karena tak ingin dicap sebagai seorang kapitalis ataupun sosialis, dan lagi-lagi ia dicaci karena pilihannya itu.
muka
klimis katanya necis
jenggotan
dikatai teroris
bersurban
dibilang kearab-araban
bercelana
levis dibully kebarat-baratan
Manusia
hanya memandang sesuai dengan apa yang ingin dilihatnya, dari sisi
luar (by cover), penulis pun tak mengelak dengan sifat manusia
ini. Melihat seorang yang klimis dibilang necis (bersih dan rapih).
Berjenggotan ia dikatai seorang teroris, karena berbeda dengan
mayoritas di negeri ini yang tak berjenggot, memakai surban ketika
hendak beribadah dianggap mengikuti budaya arab dan melupakan budaya
sendiri. Memakai celana levis supaya terlihat
modis dihujat kebarat-baratan, serta dianggap tidak mencintai
budayanya sendiri.
diam
dianggap pasif
lantang
katanya subversif
bertani
dianggap kuno
jadi
pegawai distempel mental londo
Ketika
manusia tidak memihak ke siapapun dan lebih memilih diam, ia dianggap
pasif. Bisa jadi, ia diam karena tak menginginkan terjadinya suatu
hal yang tidak diharapkan di sekelilingnya. Dan sebaliknya ketika
manusia yang lantang menyuarakan aspirasi kebenaran, dianggap ingin
menjatuhkan kekuasaan manusia lain. Apabila manusia bertani, dan
menggarap lahannya sendiri ia dibilang kuno dan keterbelakangan
berbeda dengan manusia pada umumnya yang sudah beralih ke industri
modernisasi. Memang menjadi manusia itu lebih rumit, tidak mudah
seperti yang dibayangkan, bahkan manusia ketika memilih menjadi
pegawai saja masih disebut sebagai mental pekerja.
memilih
jadi kere salah
ingin
kaya sangatlah susah
belum
berhasil dihina
sukses
jadi omongan tetangga
Sekali
lagi penulis sampaikan, menjadi manusia memang suatu hal yang unik,
karena penulispun adalah seorang manusia. Merasakan menjadi manusia
dengan sejuta kompleksitas yang dihadapinya.
Memilih menjadi manusia yang kere adalah sebuah kesalahan, karena manusia membutuhkan harta (sandang, pangan dan papan) untuk terus bertahan dan mencukupi kehidupannya.
Memilih menjadi manusia yang kere adalah sebuah kesalahan, karena manusia membutuhkan harta (sandang, pangan dan papan) untuk terus bertahan dan mencukupi kehidupannya.
Menjadi kaya sangat susah, karena pasti terjadinya kompetisi antar sesama manusia. Dan sebelum terjadinya keberhasilan seorang manusia akan ada hinaan, cacian, makian yang selalu terdengar dan bergumam di telinganya. Anggapan bahwa sebuah kesuksesan adalah apabila manusia disekelilingnya (tetangga) mencap bahwa ia seorang yang sukses.
makin
hari makin susah saja
menjadi
manusia yang manusia
sepertinya
menjadi manusia
adalah
masalah buat manusia
Pada
lirik lagu ini, setiap hari untuk menjadi manusia yang memiliki
perilaku sebagai manusiawi sangat susah. Apalagi manusia di peradaban
yang maju saat ini, dimana katanya Hak Asasi Manusia dijunjung
tinggi, tapi relitasnya? Pembaca akan tahu sendiri jawabannya,
menjadi bintang ketinggian, menjadi tanah kerendahan, jadi matahari
tak sanggup, menjadi bulan terlalu redup.
Pengandaian jika manusia menjadi bintang, maka manusia akan mengeluh betapa tinggi dan membosankannya menjadi bintang, yang terlihat ketika malam menjelang. Jika manusia menjadi tanah, dengan posisinya yang berada dibawah (rendah) selalu terinjak-injak, maka manusia mengatakan “Alangkah hinanya diriku”. Dan jika manusia menjadi matahari, manusia tak sanggup untuk bisa menerangi jagat raya, dan bila manusia menjadi bulan, ia pun akan mengeluh bahwa dirinya terlalu redup.
gedung
gedung ditinggikan
akal
sehat dihancurkan
sekolah
dimahalkan
ilmu
dibuang ke selokan
Dengan
peradaban manusia yang semakin maju, maka hunian tempat tinggalnya
yang berawal dari gua dalam masa pra-sejarah kini berubah drastis
menjadi gedung-gedung pencakar langit yang ditinggikan. Seolah-olah
manusia, berlomba-lomba menghias huniannya.
Tapi, ketika ciptaan manusia berupa gedung-gedung ditinggikan, hal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya yakni “akal”, malah dihancurkan dengan pendiskreditkan sesama manusia. Ilmu yang dimiliki manusia, dengan akal yang terus diasah. Malah dijadikan sebuah senjata untuk saling memerangi, menjatuhkan kaumnya sendiri.
maling sandal dibakar
koruptor berkelakar.
Sudah penulis katakan, menjadi manusia itu suatu hal yang aneh dan unik. Dimana hukum (aturan) yang dibuatnya, hanya untuk menguntungkan pribadinya saja, tanpa memikirkan manusia yang lainnya. Hanya karena manusia maling sepasang sandal, ia hangus habis dibakar. sementara manusia yang satu ini korupsi, ia semakin menjadi-jadi, berkelakar, menindas, memeras manusia lainnya. Itulah manusia. Tapi di balik itu semua, ada sisi positif menjadi seorang manusia yang mengedepankan akal sehat dan nafsunya untuk memanusiakan manusia.
Penulis:
Muhammad Jahidin
Editor:
Tri Asep Tumbara
0 Komentar