Perlukah Adanya Rasa Rindu?


Saya sempat berfikir. 

Mengapa manusia membutuhkan rindu? Mengapa butuh menjauh jika kita bisa mengusahakan untuk selalu bersama dan beriringan? Untuk apa kita terkadang perlu berjalan lebih cepat agar berdiri idepannya dan memperlambat langkah agar bisa melihatnya dari kejauhan? Bukankah berjalan bersisian dan menggenggam tangannya lebih menyenangkan? 

Sampai pada akhirnya saya berfikir. 

Setiap manusia memiliki batas yang diciptakan sejak mereka lahir kedunia. Batasan itu bemacam-macam bentuknya. Ada yang bentuknya seperti tembok, kokoh absolut atau seperti aliran air, jernih dan mempersilahkan orang lain untuk turut hanyut bersama menikmatinya. Namun, tidak semua orang mampu benar-benar memahami setiap batasan manusia lainnya ketika mereka memilih untuk turut memasukinya. Bagi mereka yang merasa terusik, pilihan yang paling baik untuk tetap bisa meleburkan seluruh jiwanya dan meresapi 
setiap jengkal batas yang dibuatnya adalah dengan menyediakan ruang untuk dirinya sendiri. 
Ruang sendiri tidak mesti selalu menyendiri dan sendirian. Ruang sendiri bisa berati 
perwujudan dari sebuah dunia yang bisa dicintai dengan cara yang kita mau, mereka 
mencintai kita dengan cara yang tepat dan tanpa sibuk saling mempertanyakan. Kita saling 
membutuhkan ruang-ruang untuk sendiri seperti itu yang silih berganti diisi oleh banyak hal. 
Terkadang oleh sahabat kita sendiri, komunitas kita sendiri adalah sebuah alter ego bagi 
dirinya, dunia dimana kita bisa berdialog dengan hati baik melalui diri sendiri maupun orang 
lain. 

Faktor kedekatan bukanlah menjadi parameter utama untuk selalu bisa memasuki dunia 
seseorang. Bahkan untuk seukuran kelompok manusia yang memiliki kedekatan secara 
biologis pun tidak serta merta selalu mengerti dan memahami ruang sendiri yang dimiliki 
satu dengan yang lainnya. Tidak perlu memaksa diri, sebab kita tidak harus menyayangi apa 
yang disenangi orang lain, tidak harus memiliki apa yang dimiliki orang lain. 
Maka, biarkanlah mereka untuk sementara waktu bercumbu dengan dunianya sendiri dan 
juga beri diri kita waktu untuk menjelajahi ruang sendiri. Sebab, sedekat apapun kita tidak 
akan pernah memahami apa yang benar-benar dibuthkan manusia lainnya. Kita hanya perlu 
memberinya jarak, memberinya ruang untuk sejenak menenggelamkan dirinya dalam sebuah 
dunia yang hanya dipahami olehnya. Diantara jarak yang dibuat oleh pengertian, dunia kita 
akan beriringan dengan sendirinya. Segala rindu yang bertemu akan menciptakan satu, ragu 
yang tersapu oleh waktu.   
- Luga