Pelantikan Ormawa FKOM di Gedung Student Center |
lpm.uniku.ac.id - Senin, tanggal 27 Agustus kemarin, organisasi-organisasi kemahasiswaan yang berada di Fakultas Ilmu Komputer telah dilantik. Tema dalam acara pelantikan itu adalah, “Mewujudkan Mahasiswa Inspiratif, Berjiwa Kepemimpinan, dan Menghapuskan Jiwa Mahasiswa Apatis” Saya tidak tahu apakah kalimat dalam tema itu hanya sebagai kata-kata mutiara dalam suatu acara atau memang ada usaha yang konkret untuk mewujudkannya. Bagaimana pun juga, kita harus berpikir positif, baiklah kita asumsikan bahwa memang ada usaha yang konkret untuk mewujudkannya. Tetapi… kita jangan berhenti sampai di sini, kita harus menguji apakah asumsi yang kita buat itu benar. Mari kita uji sama-sama.
Saya akan fokus pada kalimat “Menghapuskan Jiwa Mahasiswa Apatis”, karena itu adalah kalimat yang paling jelas menurut saya. Kalimat yang lainnya abstrak, mungkin hanya sebagai hiasan atau kata-kata pemanis untuk spanduk, entahlah saya tidak tahu.
“Menghilangkan Jiwa Mahasiswa Apatis”, siapa yang dimaksud mahasiswa disini? Apakah hanya mahasiswa dalam organisasi tersebut atau termasuk mahasiswa di luar organisasi juga? Saya yakin yang dimaksud adalah yang terakhir. Kalau yang dimaksud hanya mahasiswa dalam organisasi, itu bagi saya adalah suatu bentuk keangkuhan dan justru mencerminkan sikap apatis, hanya mementingkan internal organisasi tanpa mempedulikan lingkungan luar. Ini berarti dan memang seharusnya arti dari kalimat tersebut adalah menghilangkan jiwa mahasiswa apatis seluruh mahasiswa, tidak hanya anggota suatu organisasi kemahasiswaan saja.
Kita boleh membanggakan diri bisa menjadi bagian dari suatu organisasi kemahasiswaan, entah itu HIMA (Himpunan Mahasiswa), BLM (Badan Legislatif Mahasiswa), ataupun BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Kita boleh bertepuk dada, karena untuk masuk ke dalam suatu organisasi kemahasiswaan
harus lulus seleksi, tidak semua mahasiswa dapat masuk, walaupun saya juga tidak tahu kriteria seperti apa yang membuat seseorang dapat diterima dalam suatu organisasi kemahasiswaan. Tetapi bagaimanapun juga, kalau Anda diterima berarti Anda orang terpilih. Lalu, apakah hanya dengan masuk organisasi Anda sudah menjadi mahasiswa yang tidak apatis? Tentu tidak, saya rasa tidak otomatis mahasiswa yang masuk suatu organisasi adalah mahasiswa yang tidak apatis dan begitupun sebaliknya, tidak otomatis mahasiswa yang tidak mengikuti suatu organisasi adalah mahasiswa apatis. Ada banyak alasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti suatu organisasi.
Kita jangan berhenti hanya pada mengikuti suatu organisasi, kita harus benar-benar menumbuhkan kepedulian terhadap keadaan. Kalau Anda sudah mengikuti organisasi, tetapi Anda sama sekali tidak memiliki semangat belajar, ingin cepat-cepat jam mata kuliah berakhir agar dengan segara bisa bermain game MOBA, menonton drama Korea, atau pacaran, tanpa peduli pada waktu yang terbuang, tanpa peduli pada suasana belajar yang buruk, maka ya, Anda masih mahasiswa apatis.
Kita harus menunjukkan kepedulian, terutama pada suasana belajar di kampus kita. Mengapa saya menekankan pada suasana belajar? Karena bagaimanapun juga, kegiatan utama kita saat kuliah adalah belajar, untuk mempelajari suatu ilmu, lalu dengan ilmu itu kita dapat membangun masyarakat. Maka dari itu, kita harus menunjukkan kepedulian, kita harus resah pada dosen yang jarang masuk misalnya. Kita harus memikirkan bagaimana caranya agar tidak ada lagi waktu yang terbuang, waktu yang seharusnya digunakan untuk mempelajari ilmu. Caranya berbagai macam, tidak ada solusi baku untuk masalah ini, salah satunya adalah dengan membuat kelompok belajar. Tentu masih banyak solusi, kalau Anda peduli, solusi pasti ditemukan.
Progam kerja suatu organisasi kemahasiswaan ada baiknya yang mendukung keilmuan para mahasiswa, jangan hanya acara formalitas dan hiburan. Acara hiburan biasanya diadakan dengan dalih mahasiswa membutuhkan hiburan karena lelah selalu belajar. Patut dipertanyakan, apakah benar mahasiswa menghabiskan waktunya untuk belajar? Apalagi sampai mengorbankan proses pembelajaran.
Semester kemarin, ada kejadian aneh menurut saya. Kuliah diliburkan demi seminar, seminarnya pun tidak berkaitan dengan keilmuan, melainkan seminar motivasi. Saya heran mengapa mengorbankan kuliah demi motivasi. Kita lihat hasilnya, apakah setelah seminar motivasi para mahasiswa jadi semakin semangat belajar atau ada perubahan ke arah yang lebih baik? Saya rasa segala hal yang berbau motivasi, entah itu buku motivasi, acara motivasi, ataupun seminar motivasi tidak akan ada manfaatnya.
Kita harus jujur mengakui, suasana belajar di kampus kita masih jauh dari kata baik. Kita harus resah terhadap ini, kita harus peduli terhadap ini. Jika mahasiswa tidak peduli terhadap hal ini, maka bisa dikatakan dia mahasiswa apatis. Jika organisasi tidak peduli terhadap hal ini dan tidak melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, maka ya, itu organisasi yang apatis. Kalimat “Menghilangkan Jiwa Mahasiswa Apatis” akan hanya menjadi pemanis untuk spanduk. Kita harus bersama-sama entah melalui organisasi kemahasiswaan atau bukan, mengubah suasana belajar di Uniku ke arah yang lebih baik. Kita jadikan Uniku sebagai tempat yang ideal untuk belajar.
Salam perubahan!
Penulis : Asep